Setiap saat tanpa kita sadari, kita selalu menghirup segarnya oksigen untuk
bernafas secara gratis. Setiap saat pula kita menikmati segarnya air minum
untuk keberlangsungan hidup. Tentu kita semua faham, bahwasanya tidak semua
udara yang kita hirup untuk bernafas adalah sehat dan menyegarkan. Kita semua
pernah merasakan betapa tak sehatnya udara di jalan raya yang dicemari asap
knalpot.
Kita semua faham bahwasanya udara yang tercemar tadi tidak menjadi sehat
begitu saja. Di sana ada peran serta pepohonan yang menjalankan simbiosis
mutualisme melalui proses fotosintesis. Pepohonan membutuhkan carbon dan
melepas oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.
Kita semua faham bahwasanya keberadaan manusia membutuhkan ruang dan
berbagai kebutuhan yang mengurangi populasi pepohonan. Rumah sebagai tempat
tinggal, jalan dan berbagai ruang lain sebagai tempat manusia beraktifitas.
Semakin banyak populasi manusia tentu semakin mengurangi popluasi pepohonan.
Kita semua faham bahwasanya pepohonan tidak memiliki kemampuan untuk
meningkatkan populasi sehebat manusia dalam meningkatkan populasi. Dibutuhkan
peran serta manusia untuk membuat keseimbangan antara supply dan demand.
Walaupun pepohonan memiliki dua cara untuk berkembang biak, yaitu generatif dan
vegetatif, tetap saja masih membutuhkan manusia agar lebih masif dalam
perkembangbiakan.
Kita semua faham bahwasanya air yang kita minum kebanyakan adalah air
tanah, karena air permukaan terlalu kotor sehingga memerlukan berbagai proses
pemfilteran. Tanah telah sukses melakukan proses pemfilteran dengan sempurna
sehingga air siap kita minum.
Kita semua faham bahwasanya air tanah berasal dari air permukaan yang masuk
kedalam tanah untuk difilter. Peningkatan populasi manusia, tentu akan
meningkatkan volume pengambilan air tanah dan mengurangi pasokan air tanah.
Ruang-ruang yang digunakan manusia dalam beraktifitas menutup pintu masuk air
permukaan ke dalam tanah.
Kita semua faham bahwasanya dibutuhkan peran serta manusia untuk menjaga
keseimbangan antara manusia sebagai demand dan alam sebagai supplier. Dari dua
jenis permasalahan manusia di atas, udara segar dan air bersih, dapat
disolusikan dengan satu tindakan yaitu menanam pohon.
Dengan menanam pohon kita dapat berpartisipasi menambah mesin pemroduksi
oksigen dan membuka pintu masuk air permukaan meresap ke dalam tanah. Berbagai
jenis pohon dapat kita tanam sesuai selera dan kondisi lingkungan. Dalam hal
ini alhamdulillah penulis memilih Jati untuk ditanam.
Berbagai manfaat dapat diperoleh dari pohon jati, baik secara ekonomis,
sosial dan konservasi alam. Saya yakin kita semua faham akan hal ini. Jenis
jati yang saya tanam bermerk dagang Jumbo Neo Solomon, yang dikeluarkan oleh CV
Alam Hijau Makmur Bogor. CV AHM
dikendalikan oleh Bapak Hari Winarsa pegawai Indocement asal Klaten. Menurut
teori, jati ini sudah bisa dipanen dalam usia 10 tahun, karena memang belum
pernah merasakan, ya semoga saja teori tersebut benar. Bagi yang pingin tahu
lebih banyak tentang jati Jumbo Neo Solomon, tentu lebih baik kontak ke nara
sumbernya, yaitu pak Hari Winarsa di nomor 081381366188.
Yang saya tahu sedikit tentang Jumbo Neo Solomon adalah jati ini
dikembangkan dengan cara kultur jaringan. Kultur jaringan/Kultur In
Vitro/Tissue Culture adalah suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma,
jaringan, dan organ dan menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang
mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,sehingga
bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman
sempurna kembali.
Kita tahu kalau Pohon mangga punya 100 buah, lalu bijinya kita tanam, 100
tanaman baru tadi belum tentu memiliki rasa yang sama. Tapi kalau kita cangkok
menjadi 10 batang, maka 10 pohon baru memiliki rasa yang sama. Nah kultur
jaringan ini adalah jenis perkembangbiakan vegetatif yang menghasilkan pohon
baru yang sama dengan induknya dengan jumlah bukan lagi 10, tetapi 10 juta
pohon. Ya itulah Bio Technology.