Rabu, 21 Maret 2012

Petuah Sopir Bus


Ada sebuah kata-kata bijak yang menurut saya bagus sekali. Kata-kata ini saya dapatkan bukan dari seorang ustad, atau motivator sekelas Mario Teguh, tapi dari seorang sopir bus Jaya Utama jurusan Surabaya – Semarang. Mungkin sopir ini terinspirasi oleh Lion Air yang memberikan servis kata-kata bijak kepada penumpang yang disampaikan Kang Jemi Convido lewat majalah Lionmag.

Kata-kata itu adalah : Berbuat baik itu baik, tapi kalau rebutan paling baik, jadi tidak baik. Berbuat benar itu juga baik, tapi kalau rebutan paling benar, jadi tidak baik. Mungkin sampai sini saja sepertinya sudah ada dari rekan-rekan yang berkata “wah ini saja sudah cukup, saya sudah tercerahkan, nggak usah ditambah-tambahi lagi, paling-paling nggedabrus saja tambahannya”.

He he he, kalau memang demikian, nuwun sewu kalau saya masih ngeyel melanjutkan tulisannya. Saat ini kita semua sedang punya gawe, memilih salah satu diantara kita untuk dijadikan pemimpin. Konon referensi dari gawe kita kali ini adalah kalimat “Apabila dalam sebuah perjalanan kalian ada bertiga maka tunjuklah salah seorang untuk menjadi pemimpin.”

Kita bersyukur, diantara kita sudah ada 3 rekan yang bersedia diangkat jadi pemimpin. Kita juga bersyukur bahwasanya telah disediakan informasi perihal ketiga rekan kita tersebut. Nah kalau saja informasi yang tersedia tadi berpeluang melanggar petuah Pak Sopir Jaya Utama, tentu ada baiknya kita berinstropeksi .

Diluar sana sudah tersedia banyak contoh, para bakul kecap selalu mengatakan kecapnya nomer 1. Bakul jamu selalu mengatkan jamunya paling tokcer. Bahkan ada juga produk yang tidak puas dengan menggunakan nomer satu, ditambahi lagi dengan kata top.  Kata best pun nggak dipercaya kalau artinya terbaik, ditambahi lagi biar mantab best of the best. Yo wis lah sak kareb.

Untuk mengetahui apakah diantara calon pemimpin kita ada yang melanggar petuah Pak Sopir, saya mengajukan satu indikasi. Apabila calon pemimpin yang tidak terpilih nanti masih bersemangat saiyeg saeko proyo, membangun bersama-sama untuk kemajuan FAST, maka dia tidak melanggar petuah Pak Sopir. Namun kalau dia mutung, lantas tinggal glanggang colong playu, keluar dari arena perjuangan, maka dia bisa disebut melanggar petuah Pak Sopir.

Dalam sejarah kita bisa teladani Khalid Bin Walid yang tetap setia dalam perjuangan walaupun dia dicopot sebagai panglima. Nah kalau yang contoh tinggal glanggang colong playu nggak usah disebutkan, buanyak sekali di Indonesia, ombyokan. Semoga tiga rekan kita adalah para pengikut Khalid Bin Walid.
Santen duduhe klopo kupat janure tuwo, cekap semanten atur kulo sedoyo lepat nyuwun ngapuro.

Ditulis dalam rangka meramaikan diskusi Pilpres FAST.