Ada sebuah kata-kata bijak yang menurut saya bagus sekali. Kata-kata ini
saya dapatkan bukan dari seorang ustad, atau motivator sekelas Mario Teguh,
tapi dari seorang sopir bus Jaya Utama jurusan Surabaya – Semarang. Mungkin
sopir ini terinspirasi oleh Lion Air yang memberikan servis kata-kata bijak
kepada penumpang yang disampaikan Kang Jemi Convido lewat majalah Lionmag.
Kata-kata itu adalah : Berbuat baik itu baik, tapi kalau rebutan paling
baik, jadi tidak baik. Berbuat benar itu juga baik, tapi kalau rebutan paling
benar, jadi tidak baik. Mungkin sampai sini saja sepertinya sudah ada dari
rekan-rekan yang berkata “wah ini saja sudah cukup, saya sudah tercerahkan,
nggak usah ditambah-tambahi lagi, paling-paling nggedabrus saja tambahannya”.
He he he, kalau memang demikian, nuwun sewu kalau saya masih ngeyel
melanjutkan tulisannya. Saat ini kita semua sedang punya gawe, memilih salah satu
diantara kita untuk dijadikan pemimpin. Konon referensi dari gawe kita kali ini
adalah kalimat “Apabila dalam sebuah perjalanan kalian
ada bertiga maka tunjuklah
salah seorang untuk menjadi pemimpin.”
Kita bersyukur, diantara kita sudah ada 3 rekan yang bersedia diangkat jadi
pemimpin. Kita juga bersyukur bahwasanya telah disediakan informasi perihal
ketiga rekan kita tersebut. Nah kalau saja informasi yang tersedia tadi
berpeluang melanggar petuah Pak Sopir Jaya Utama, tentu ada baiknya kita
berinstropeksi .
Diluar sana sudah tersedia banyak contoh, para bakul kecap selalu
mengatakan kecapnya nomer 1. Bakul jamu selalu mengatkan jamunya paling tokcer.
Bahkan ada juga produk yang tidak puas dengan menggunakan nomer satu, ditambahi
lagi dengan kata top. Kata best pun
nggak dipercaya kalau artinya terbaik, ditambahi lagi biar mantab best of the
best. Yo wis lah sak kareb.
Untuk mengetahui apakah diantara calon pemimpin kita ada yang melanggar
petuah Pak Sopir, saya mengajukan satu indikasi. Apabila calon pemimpin yang
tidak terpilih nanti masih bersemangat saiyeg saeko proyo, membangun
bersama-sama untuk kemajuan FAST, maka dia tidak melanggar petuah Pak Sopir.
Namun kalau dia mutung, lantas tinggal glanggang colong playu, keluar dari
arena perjuangan, maka dia bisa disebut melanggar petuah Pak Sopir.
Dalam sejarah kita bisa teladani Khalid Bin Walid yang tetap setia dalam
perjuangan walaupun dia dicopot sebagai panglima. Nah kalau yang contoh tinggal
glanggang colong playu nggak usah disebutkan, buanyak sekali di Indonesia,
ombyokan. Semoga tiga rekan kita adalah para pengikut Khalid Bin Walid.
Santen duduhe klopo kupat janure tuwo, cekap semanten atur kulo sedoyo
lepat nyuwun ngapuro.