Alhamdulillah dapat kesempatan penugasan dari kantor untuk
mengikuti Overseas Training product Huawei ke China. Sejalan dengan petuah
carilah ilmu walau sampai ke negeri China. Ini adalah perjalanan ke luar negeri
yang pertama kali diluar ibadah haji ke tanah suci. Kami berangkat tanggal 14
November dan pulang tanggal 28 November 2015.
Saya awali cerita dengan perjalanan dari Jakarta menuju
Hangzhou.
Dari Jakarta kami menggunakan Cathay Pasifik tujuan
Hongkong, selanjutnya pindah pesawat Dragon Air tujuan Hangzhou. Tidak banyak
yang perlu diceritakan selama di pesawat karena semuanya standard, biasa-biasa
saja. Perbedaan ada pada pemeriksaan
ketika masuk bandara Hongkong yang lebih ketat dibanding di Indonesia. Jaket,
ikat pinggang, topi, mesti dilepas. Air minum kemasan nggak boleh masuk.
Sampainya di Hangzhou ada sesuatu yang aneh, cuaca seperti
di Medan atau Pekanbaru, bedanya kalau disana kabut asap, kalau di Hangzhou
asli kabut. Keluar dari Bandara terasa dinginnya kayak lagi di Tangkuban. Di
Bandara jemputan telah siap, langsung saja kami meluncur ke Hotel Holiday Inn
yang terletak di dekat Stasiun kereta People Square.
Setelah memasukkan koper ke kamar, jadwal kami selanjutnya
adalah makan malam di Restoran Muslim yang berada di kawasan Wusan Square, tidak
jauh dari West Lake. Menu makanan tak menarik untuk diceritakan, yang perlu
diketahui adalah para pelayan restoran tidak bisa berbahasa Inggris, sehingga
sang guide sajalah yang berkomunikasi dengan mereka.
Selepas makan, kami melanjutkan kunjungan ke West Lake.
Sebuah danau legendaris yang terkenal dengan Legenda Ular Putih. Walaupun
malam, suasana cukup ramai, mungkin karena malam minggu. Suasananya sangat
tertib, tidak ada pengasong atau warung kaki lima khas Indonesia. Lampu-lampu
di pohon yang warna warni menjadikan pemandangan lebih indah, demikian juga
kapal wisata yang dipenuhi lampu, melintasi danau menjadi objek yang menarik.
Keesokan harinya kami harus berangkat pagi-pagi menuju
Stasiun Kereta, hari itu kami akan mengunjungi kota Shanghai. Ketegangan
mengawali hari itu, karena khawatir ketingalan kereta. Jarak antara hotel dan
stasiun lumayan jauh, kemacetan adalah suatu yang dikhawatirkan oleh
orang-orang yang terkena jadwal ketat. Alhamdulillah kami nyampai stasiun
dengan menyisakan spare waktu, masih cukup untuk foto-foto dan ke toilet.
Stasiun keretanya gede banget, kayak bandara Kualanamu.
Antara Hangzhou – Shanghai terdapat beberapa stasiun yang perlu disinggahi,
kecepatan maximal 300 km/jam hanya beberapa saat saja bisa diaplikasikan. Persinggahan
tidak begitu lama, mirip seperti di Indonesia. Display pada gerbong menampilkan
informasi stasiun di depan, suhu, dan kecepatan kereta real time. Cuaca dingin
masih kami rasakan, suhu sekitar 7 derajat C. Begitu nyampai Shanghai, maka
toilet adalah target pertama.
Mobil jemputan sudah siap, langsung saja kami menuju Pearl
Oriental Tower, sang icon kota Shanghai. Mirip seperti monas pada hari minggu,
pengunjung ramai sekali, kamipun antri untuk masuk lift. Target kami adalah
makan siang di bola besar yang kedua, ketinggian sekitar 260m. Paket makan
disana adalah prasmanan, macam resepsi pengantin. Makanan bisa pilih apa saja,
namun untuk minuman hanya ada satu menu, Coca Cola. Selepas makan kami turun
satu lantai dibawahnya, di situ terdapat lantai kaca yang ngeri juga melihat ke
bawah. Sebelum turun ke dasar, tak lupa beli dulu eviden Shanghai, gantungan
kunci dan miniatur tower.
Selanjutnya kami diantar ke Bund, sebuah lokasi tempat
berkumpulnya para turis untuk menikmati pemandangan kota Shanghai dari tepi
sungai. Ramai sekali para pengunjung, baik turis domestik China maupun luar
China seperti kami. Namun ketertiban yang kami salut, sedemikian banyak
pengunjung semuanya berjalan dengan lancar dan tertib. Tidak banyak pedagang
kaki lima, ada beberapa stan penjual makanan namun resmi, sehingga tidak
mengganggu pemandangan.
Dari Shanghai, kami kembali ke Hangzhou dengan mobil,
ternyata kemacetan juga ada disini. Mirip hari Minggu sore dari Bandung menuju
Jakarta, di Pasteur macet parah. Catatan tol disana adalah, kartu tol
elektronik berbasis chip telah diaplikasikan. Begitu mobil mendekati gardu tol
otomatis, portal langsung membuka, nggak perlu menempelkan kartu e-tol ke
mesin.
Tempat Shopping
Sehabis jam pelajaran , kami diantar ke tempat belanja oleh
pihak Huawei dengan menggunakan bis. Satu bis untuk beberapa kelas dari
beberapa negara, yang bareng dengan kami adalah dari Ethiopia, Kuba, Sudan,
Mesir, Pakistan. Tempat shopping pertama adalah Longxiang. Ini adalah tempat
belanja pakaian, karena saat itu adalah musim dingin, produk yang dijual adalah
jaket dan sweater. Tadinya mau nyari T-shirt yang ada identitas China, namun
nggak ketemu. Harganya lumayan murah, ada yang pakai harga pas, ada juga yang
tawar menawar. Suasana mirip pasar Baru namun lebih kecil. Sepanjang jalan juga
terdapat toko-toko yang lebih besar macam Cihampelas.
Tempat Shopping kedua adalah Wusan Square, disini menjual
aneka teh, asesoris dan cindera mata. Kebanyakan pakai tawar menawar, hanya
beberapa toko yang sistemnya harga pas, namun secara umum harganya lumayan
murah. Kebanyakan penjualnya bisa bahasa Inggris, beberapa stan kecil nggak
bisa bahasa Inggris. Suasana mirip Malioboro, namun nggak ada jalan besarnya. Yang
gila batu, di sini juga ada aneka macam batu akik dan giok.
Tempat Shopping ketiga adalah Yiwu, ini adalah Tanah
Abangnya China. Yang hobi belanja, ini adalah surganya. Namun karena saat itu
adalah musim dingin, produk yang dijualpun pakaian musim dingin. Harganya
lumayan murah, kualitasnya bagus. Kami beli sweater seharga 60 Yuan, sekitar
Rp. 125 ribu. Setelah itu kami lanjut ke pusat asesoris, namun nggak ada yang
bisa kami beli, karena itu adalah tempat grosir, nggak melayani eceran. Harganya murah banget, namun sayang nggak
bisa eceran.
Tempat Ibadah
Di lokasi training, disediakan mushola yang cukup
representatif, tempat wudlu juga bagus. Di kantin juga tersedia stan makanan
halal, tempat yang bisa makan nasi sepuasnya tanpa keraguan. Selama di China,
saya sarapan dengan ubi, jagung, telur, buah-buahan dan roti. Malamnya pop mie
halal, energen bawaan dari Indonesia, telur rebus dan apel mbungkus saat
sarapan.
Masjid tempat kami Jumatan ada di kawasan shopping,
namanya Phoenix Mosque. Tata caranya
beda dengan di Indonesia. Azan dikumandangkan pukul 13.00 setelah ada ceramah
dengan bahasa mandarin. Pukul 13.30 ceramah selesai, jamaah pada berdiri aku
pikir mau sholat jumat, ternyata sholat sendiri-sendiri. Aku duduk lagi, ini
hanya sholat sunnah. Setelah itu azan dikumandangkan