Kamis, 07 Januari 2016

CATATAN PERJALANAN KE CHINA



Alhamdulillah dapat kesempatan penugasan dari kantor untuk mengikuti Overseas Training product Huawei ke China. Sejalan dengan petuah carilah ilmu walau sampai ke negeri China. Ini adalah perjalanan ke luar negeri yang pertama kali diluar ibadah haji ke tanah suci. Kami berangkat tanggal 14 November dan pulang tanggal 28 November 2015.
Saya awali cerita dengan perjalanan dari Jakarta menuju Hangzhou.
 
Dari Jakarta kami menggunakan Cathay Pasifik tujuan Hongkong, selanjutnya pindah pesawat Dragon Air tujuan Hangzhou. Tidak banyak yang perlu diceritakan selama di pesawat karena semuanya standard, biasa-biasa saja.  Perbedaan ada pada pemeriksaan ketika masuk bandara Hongkong yang lebih ketat dibanding di Indonesia. Jaket, ikat pinggang, topi, mesti dilepas. Air minum kemasan nggak boleh masuk.
 
Sampainya di Hangzhou ada sesuatu yang aneh, cuaca seperti di Medan atau Pekanbaru, bedanya kalau disana kabut asap, kalau di Hangzhou asli kabut. Keluar dari Bandara terasa dinginnya kayak lagi di Tangkuban. Di Bandara jemputan telah siap, langsung saja kami meluncur ke Hotel Holiday Inn yang terletak di dekat Stasiun kereta People Square.
Setelah memasukkan koper ke kamar, jadwal kami selanjutnya adalah makan malam di Restoran Muslim yang berada di kawasan Wusan Square, tidak jauh dari West Lake. Menu makanan tak menarik untuk diceritakan, yang perlu diketahui adalah para pelayan restoran tidak bisa berbahasa Inggris, sehingga sang guide sajalah yang berkomunikasi dengan mereka.
 
Selepas makan, kami melanjutkan kunjungan ke West Lake. Sebuah danau legendaris yang terkenal dengan Legenda Ular Putih. Walaupun malam, suasana cukup ramai, mungkin karena malam minggu. Suasananya sangat tertib, tidak ada pengasong atau warung kaki lima khas Indonesia. Lampu-lampu di pohon yang warna warni menjadikan pemandangan lebih indah, demikian juga kapal wisata yang dipenuhi lampu, melintasi danau menjadi objek yang menarik.
 
Keesokan harinya kami harus berangkat pagi-pagi menuju Stasiun Kereta, hari itu kami akan mengunjungi kota Shanghai. Ketegangan mengawali hari itu, karena khawatir ketingalan kereta. Jarak antara hotel dan stasiun lumayan jauh, kemacetan adalah suatu yang dikhawatirkan oleh orang-orang yang terkena jadwal ketat. Alhamdulillah kami nyampai stasiun dengan menyisakan spare waktu, masih cukup untuk foto-foto dan ke toilet. 
 
Stasiun keretanya gede banget, kayak bandara Kualanamu. Antara Hangzhou – Shanghai terdapat beberapa stasiun yang perlu disinggahi, kecepatan maximal 300 km/jam hanya beberapa saat saja bisa diaplikasikan. Persinggahan tidak begitu lama, mirip seperti di Indonesia. Display pada gerbong menampilkan informasi stasiun di depan, suhu, dan kecepatan kereta real time. Cuaca dingin masih kami rasakan, suhu sekitar 7 derajat C. Begitu nyampai Shanghai, maka toilet adalah target pertama.
 
Mobil jemputan sudah siap, langsung saja kami menuju Pearl Oriental Tower, sang icon kota Shanghai. Mirip seperti monas pada hari minggu, pengunjung ramai sekali, kamipun antri untuk masuk lift. Target kami adalah makan siang di bola besar yang kedua, ketinggian sekitar 260m. Paket makan disana adalah prasmanan, macam resepsi pengantin. Makanan bisa pilih apa saja, namun untuk minuman hanya ada satu menu, Coca Cola. Selepas makan kami turun satu lantai dibawahnya, di situ terdapat lantai kaca yang ngeri juga melihat ke bawah. Sebelum turun ke dasar, tak lupa beli dulu eviden Shanghai, gantungan kunci dan miniatur tower.
 
Selanjutnya kami diantar ke Bund, sebuah lokasi tempat berkumpulnya para turis untuk menikmati pemandangan kota Shanghai dari tepi sungai. Ramai sekali para pengunjung, baik turis domestik China maupun luar China seperti kami. Namun ketertiban yang kami salut, sedemikian banyak pengunjung semuanya berjalan dengan lancar dan tertib. Tidak banyak pedagang kaki lima, ada beberapa stan penjual makanan namun resmi, sehingga tidak mengganggu pemandangan.
 
Dari Shanghai, kami kembali ke Hangzhou dengan mobil, ternyata kemacetan juga ada disini. Mirip hari Minggu sore dari Bandung menuju Jakarta, di Pasteur macet parah. Catatan tol disana adalah, kartu tol elektronik berbasis chip telah diaplikasikan. Begitu mobil mendekati gardu tol otomatis, portal langsung membuka, nggak perlu menempelkan kartu e-tol ke mesin.
 
Tempat Shopping
Sehabis jam pelajaran , kami diantar ke tempat belanja oleh pihak Huawei dengan menggunakan bis. Satu bis untuk beberapa kelas dari beberapa negara, yang bareng dengan kami adalah dari Ethiopia, Kuba, Sudan, Mesir, Pakistan. Tempat shopping pertama adalah Longxiang. Ini adalah tempat belanja pakaian, karena saat itu adalah musim dingin, produk yang dijual adalah jaket dan sweater. Tadinya mau nyari T-shirt yang ada identitas China, namun nggak ketemu. Harganya lumayan murah, ada yang pakai harga pas, ada juga yang tawar menawar. Suasana mirip pasar Baru namun lebih kecil. Sepanjang jalan juga terdapat toko-toko yang lebih besar macam Cihampelas.
 
Tempat Shopping kedua adalah Wusan Square, disini menjual aneka teh, asesoris dan cindera mata. Kebanyakan pakai tawar menawar, hanya beberapa toko yang sistemnya harga pas, namun secara umum harganya lumayan murah. Kebanyakan penjualnya bisa bahasa Inggris, beberapa stan kecil nggak bisa bahasa Inggris. Suasana mirip Malioboro, namun nggak ada jalan besarnya. Yang gila batu, di sini juga ada aneka macam batu akik dan giok.
 
Tempat Shopping ketiga adalah Yiwu, ini adalah Tanah Abangnya China. Yang hobi belanja, ini adalah surganya. Namun karena saat itu adalah musim dingin, produk yang dijualpun pakaian musim dingin. Harganya lumayan murah, kualitasnya bagus. Kami beli sweater seharga 60 Yuan, sekitar Rp. 125 ribu. Setelah itu kami lanjut ke pusat asesoris, namun nggak ada yang bisa kami beli, karena itu adalah tempat grosir, nggak melayani eceran.  Harganya murah banget, namun sayang nggak bisa eceran.
 
Tempat Ibadah
Di lokasi training, disediakan mushola yang cukup representatif, tempat wudlu juga bagus. Di kantin juga tersedia stan makanan halal, tempat yang bisa makan nasi sepuasnya tanpa keraguan. Selama di China, saya sarapan dengan ubi, jagung, telur, buah-buahan dan roti. Malamnya pop mie halal, energen bawaan dari Indonesia, telur rebus dan apel mbungkus saat sarapan.
 
Masjid tempat kami Jumatan ada di kawasan shopping, namanya Phoenix Mosque.  Tata caranya beda dengan di Indonesia. Azan dikumandangkan pukul 13.00 setelah ada ceramah dengan bahasa mandarin. Pukul 13.30 ceramah selesai, jamaah pada berdiri aku pikir mau sholat jumat, ternyata sholat sendiri-sendiri. Aku duduk lagi, ini hanya sholat sunnah. Setelah itu azan dikumandangkan