Minggu, 05 Februari 2012
SAYANG PADAKU - Novia Kolopaking
Sayang Padaku
voc. Novia Kolopaking
Duka derita duka laraku didunia
Tidaklah aku sesali juga tak akan aku tangisi
Sesakit apapun yang kurasakan dalam hidupku
Semoga tak membuatku kehilangan jernih jiwaku
Andaikan dunia mengusir aku dari buminya
Tak akan aku merintih juga tak akan aku mengemis
Ketidak adilan yang ditimpakan oleh manusia
Bukanlah alasan bagiku untuk membalasnya
Asalkan kerna itu
Tuhan menjadi sayang padaku
Segala kehendak-Nya
Menjadi syurga bagi cintaku
Bukanlah apa kata manusia yang ku ikuti
Tetapi pandangan Allah tuhanku yang kutakuti
Ada tiadaku semata-mata milik-Nya jua
Pay It Forward
Istilah ini menjadi populer ketika dijadikan judul dari sebuah novel dan film. Kisahnya bercerita seorang anak berusia 8 tahun yang bernama Trevor yang memiliki impian dunia dipenuhi dengan orang yang saling mengasihi. Dia memulai dengan memberikan kebaikan kepada tiga orang di sekitarnya, diharapkan tiga orang ini juga akan memberikan kebaikan kepada orang-orang disekitarnya.
Dari uraian singkat ini, sepertinya diantara kita sudah ada yang menangkap suatu skema yang tak asing, yaitu skema Multi Level Marketing. Kalau Ustad Yusuf Mansyur membuat skema serupa dengan nama Multi Level Amal. Namun dalam kesempatan ini saya tidak pingin berbicara banyak tentang MLM, namun saya menangkap sebuah semangat yang menggerakkan kegiatan pay it forward yaitu rela berkorban, rela memberi terlebih dahulu sebelum menerima. Sekali lagi saya tekankan memberi sebelum menerima.
Saya sangat meyakini hukum ‘kekekalan energi’ ini, siapa yang memberi pasti menerima. Memang istilah ini meminjam terminologi fisika, namun definisinya tentu tidak sama persis. Kalau di dunia fisika, hukum kekekalan energi time respond-nya saat itu juga, sementara di kehidupan sosial ada delay dalam time respond. Nah delay inilah yang membuat sebagian manusia kurang mempercayainya dan kurang berminat dengan pay it forward. Untuk mampu melakukan pay it forward dibutuhkan energi penggerak yaitu iman.
Dalam kehidupan sosial, hukum kekekalan energi bisa juga dibaca terbalik. Bisa jadi proses menerima datang terlebih dahulu sebelum memberi, tetapi setelah itu harus dilanjutkan dengan proses memberi. Apabila proses memberi tidak dilakukan, maka akan ada mekanisme pengambilan. Sebuah proses berpindahnya kepemilikan yang terjadi tanpa dikehendaki, dan biasanya menimbulkan rasa sakit.
Filosofi memberi didepan sebenarnya sudah diajarkan oleh berbagai macam agama, ditulis dalam berbagai kitab suci hingga pedoman dasar ber-pramuka, dikhutbahkan setiap waktu oleh para khatib hingga pembina upacara. Namun entah mengapa ajakan itu bagaikan gelombang radio yang mengalami interferensi. Dibutuhkan booster sebagai penguat agar dapat diterima receiver dengan baik.
Salah satu yang membedakan hukum energi versi fisika dengan versi sosial adalah volume yang diterima tidak sama dengan volume ketika memberi. Kelipatannya bervariasi hingga 700 kali lipat bahkan lebih. Dalam kontek ini kita juga bisa menggunakan pendekatan ekonomis. Memberi di awal dikategorikan sebagai investasi, sementara memberi di akhir dikategorikan sebagai biaya.
Seorang investor adalah adalah orang yang menanamkan modal diawal dan menikmati hasil investasinya kelak dikemudian hari. Walaupun nantinya dia tidak bekerja lagi, namun dia masih bisa menikmati hasil investasinya. Hasil yang dia dapat berlipat-lipat lebih besar dari jumlah yang ia berikan di awal. Sementara kalau kita menerima terlebih dahulu, maka setelah itu kita akan dikenakan biaya yang besarnya setaraf dengan apa yang telah kita terima.
Investasi dan biaya di atas adalah sekedar ilustrasi, kita bisa kembangkan dalam sisi kehidupan yang lain. Misalnya kesehatan. Ada ungkapan mencegah lebih baik dari pada mengobati. Silahkan dilanjutkan sendiri dengan sisi-sisi kehidupan yang lain.
Dari uraian singkat ini, sepertinya diantara kita sudah ada yang menangkap suatu skema yang tak asing, yaitu skema Multi Level Marketing. Kalau Ustad Yusuf Mansyur membuat skema serupa dengan nama Multi Level Amal. Namun dalam kesempatan ini saya tidak pingin berbicara banyak tentang MLM, namun saya menangkap sebuah semangat yang menggerakkan kegiatan pay it forward yaitu rela berkorban, rela memberi terlebih dahulu sebelum menerima. Sekali lagi saya tekankan memberi sebelum menerima.
Saya sangat meyakini hukum ‘kekekalan energi’ ini, siapa yang memberi pasti menerima. Memang istilah ini meminjam terminologi fisika, namun definisinya tentu tidak sama persis. Kalau di dunia fisika, hukum kekekalan energi time respond-nya saat itu juga, sementara di kehidupan sosial ada delay dalam time respond. Nah delay inilah yang membuat sebagian manusia kurang mempercayainya dan kurang berminat dengan pay it forward. Untuk mampu melakukan pay it forward dibutuhkan energi penggerak yaitu iman.
Dalam kehidupan sosial, hukum kekekalan energi bisa juga dibaca terbalik. Bisa jadi proses menerima datang terlebih dahulu sebelum memberi, tetapi setelah itu harus dilanjutkan dengan proses memberi. Apabila proses memberi tidak dilakukan, maka akan ada mekanisme pengambilan. Sebuah proses berpindahnya kepemilikan yang terjadi tanpa dikehendaki, dan biasanya menimbulkan rasa sakit.
Filosofi memberi didepan sebenarnya sudah diajarkan oleh berbagai macam agama, ditulis dalam berbagai kitab suci hingga pedoman dasar ber-pramuka, dikhutbahkan setiap waktu oleh para khatib hingga pembina upacara. Namun entah mengapa ajakan itu bagaikan gelombang radio yang mengalami interferensi. Dibutuhkan booster sebagai penguat agar dapat diterima receiver dengan baik.
Salah satu yang membedakan hukum energi versi fisika dengan versi sosial adalah volume yang diterima tidak sama dengan volume ketika memberi. Kelipatannya bervariasi hingga 700 kali lipat bahkan lebih. Dalam kontek ini kita juga bisa menggunakan pendekatan ekonomis. Memberi di awal dikategorikan sebagai investasi, sementara memberi di akhir dikategorikan sebagai biaya.
Seorang investor adalah adalah orang yang menanamkan modal diawal dan menikmati hasil investasinya kelak dikemudian hari. Walaupun nantinya dia tidak bekerja lagi, namun dia masih bisa menikmati hasil investasinya. Hasil yang dia dapat berlipat-lipat lebih besar dari jumlah yang ia berikan di awal. Sementara kalau kita menerima terlebih dahulu, maka setelah itu kita akan dikenakan biaya yang besarnya setaraf dengan apa yang telah kita terima.
Investasi dan biaya di atas adalah sekedar ilustrasi, kita bisa kembangkan dalam sisi kehidupan yang lain. Misalnya kesehatan. Ada ungkapan mencegah lebih baik dari pada mengobati. Silahkan dilanjutkan sendiri dengan sisi-sisi kehidupan yang lain.
Langganan:
Postingan (Atom)