Selasa, 02 Agustus 2011
TRIP TO TONGGING
Salah satu sisi Danau Toba yang menawan yang asyik untuk kita kunjungi adalah Tongging. Tongging merupakan sebuah desa wisata dengan beberapa penginapan dan cafe yang menyajikan ikan segar yang dipelihara di karamba di tepian Danau Toba. Keindahan Tongging diawali dari jalan masuk selepas jalan raya Merek. Dari sini jalanan menurun terus hingga tepi danau. Jangan buru-buru turun menuju Danau. Pemandangan dari atas justru mempesona, di kejauhan nampak air terjun Sipiso piso, perbukitan yang jadi dinding Danau Toba, serta jalan yang berkelok-kelok sungguh mempesona.
Parkirlah mobil ditepi jalan yang cukup aman, dan keluarlah... udara yang sejuk akan menyegarkan paru-paru kita. Sesekali carilah lokasi yang cukup extrim, tengoklah jurang dari tepi jalan, wow... ternyata cukup dalam. Tapi setelah itu jangan diingat-ingat terus, bisa ngeri kita dalam menyetir mobil. Kalau kita berangkat rombongan dengan beberapa mobil, silahkan berpencar. Yang dari atas bisa mengambil gambar mobil yang di bawah, demikian sebailknya. Jangan lupa, tampakkan view jalanan yang berkelok.
Setelah puas menikmati pemandangan, saatnya istirahat di cafe dengan memesan ikan bakar atau goreng. Ada beberapa cafe di tepian danau, waktu itu kami di cafe Ojo Lali, nampaknya orang Jawa pemiliknya. Proses penyiapan makanan hingga 1 jam. Jadi begitu nyampai langsung saja pesan, selanjutnya bisa disambi menikmati keindahan danau atau jalan-jalan. Di cafe ini tersedia kamar mandi dengan air yang dingin, khas pegunungan. Harga makanan disini juga tidak mahal, nggak usah khawatir, dan yang terpenting halal.
Berkunjung ke Tongging tentunya satu paket dengan Air Terjun Sipiso Piso, lokasinya sekitar 200 m dari pintu gerbang loket. Air Terjun Sipiso Piso bisa dinikmati dari atas maupun dari bawah. Nah kalau mau menikmati dari bawah harus mau keluar energi ekstra. Turun tangganya sih nggak masalah, naiknya itu .... Yaa kalau hanya sekedar berfoto-foto dari atas juga cukup.
Dari segala keindahan yang dimiliki Tongging, ada satu yang disayangkan yaitu jalan dari Kabanjahe menuju Simpang Merek yang kurang bagus. Memang sudah ada beberapa bagian yang dihotmix, tapi lebih enak lagi kalau semua sudah mulus.
Kamis, 19 Mei 2011
Trip To Sabang
Akhirnya jadi juga berangkat ke Sabang setelah sempat tertunda dari rencana semula. Kami berangkat pada long weekend 28 April 2011. Pukul 07.00 kami meninggalkan kota Medan, karena hari libur jalanan relatif sepi. Ini adalah perjalanan pertama kali ke Aceh, beruntung kami ditemai Super Spring GPS jadi nggak perlu tanya-tanya di sepanjang perjalanan. Destination langsung di-set Hotel Medan, masuk kotapun nggak perlu pakai tanya, langsung menuju hotel. Jalan Medan – Aceh lebih mulus dari pada Medan – Pekanbaru – Palembang. Bisa dikatakan tidak ada permasalahan di sepanjang perjalanan. Menjelang magrib, kami sudah nyampai di perbukitan Seulawah, Brastaginya Medan atau Batunya Malang bagi Aceh. Jalannya berkelok-kelok, namun tak masalah, GPS membantu jadi , kelokan seperti apa yang ada di depan telah terpampang di monitor.
Pukul 20.30 kami sudah nyampai di Hotel Medan, setelah mandi langsung menuju Rex Peunayong (pujasera depan hotel) untuk makan malam. Paginya setalah sarapan langsung menuju pelabuhan Ulhe Lhe dengan betor. Mobil kami tinggal di hotel, karena kalau bawa mobil lebih repot antrinya, mesti malam sudah harus parkir di pelabuhan, padahal berangkatnya siang. Kami menyeberang menggunakan kapal cepat Pulau Rondo pukul 09.30 dengan harga tiket Rp.60 ribu untuk kelas ekonomi. Kurang dari satu jam perjalanan, kami nyampai di Pelabuhan Balohan. Dari Balohan kami langsung menuju KM 0 dan berlanjut ke Iboih. Kami menggunakan mobil anteran yang sudah kami pesan sebelumnya lewat teman kantor. Di Iboih kami menginap di Iboih Inn. Sebuah bungalow yang berjarak 300-an meter dari pangkalan / Pusat Informasi Iboih. Untuk menuju kesana kami dijemput dengan boat milik Iboih Inn.
Siang hari kami sudah kelaparan, sambil menunggu kamar yang lagi dibersihin kami pesan makanan di resto. Acara selanjutnya adalah snorkeling. Inilah kegiatan yang paling menyenangkan selama di Sabang. Bisa dikatakan snorkling adalah kegiatan inti di Sabang. Tidak harus pandai berenang untuk snorkeling. Disana telah tersedia persewaan peralatan snorkeling, mask, pelampung, kaki katak, masing-masing sewanya Rp. 15 ribu. Sungguh pemandangan yang menawan. Sangat beda menyaksikan ikan dari atas air dengan di dalam air. Begitu kepala masuk ke air, wow… ikan yang berwarna warni di sekitar kita sungguh menakjubkan. Kalau memiliki perlengkapan kamera dalam air, sangat mengasyikkan. Awalnya kami sudah cukup kagum melihat ikan warna biru di bebatuan di tepi pantai, airnya bening sekali jadi ikan kelihatan dari atas, tetapi itu tidak ada apa-apanya, pemandangan bawah air jauh lebih indah.
Kelelahan sudah pasti melanda kami, jadi acara kami selanjutnya adalah nyantai sambil berayun-ayun di teras bungalow. Tali yang dirajut untuk ayunan sangat kuat, dua orang naik sekalianpun nggak masalah. Sayangnya sore itu sedang hujan, jadi pesona sunset nggak kami dapatkan. Semoga esoknya akan dapatkan sun rise. Tapi ternyata kami belum beruntung, paginya masih mendung, pesona sun rise tidak kami dapatkan juga. No problem, pantai di Sabang sudah sangat indah walaupun cuaca nggak cerah.
Perjalanan kami lanjutkan menuju kota Sabang, membeli souvenir, melintasi Pantai Paradiso, dan berhenti di Pantai Sumur Tiga. Tadinya kami rencanakan menginap di Santai Sumur Tiga Resort, namun sudah full booking, ya… terpaksa di sini Cuma lihat-lihat saja. Bisa saya katakana Pantai Sumur Tiga adalah pantai terindah di Sabang. Pasirnya putih bersih, landai, airnya jernih biru, serta nyiur yang melambai. Namun untuk snorkling bukan disini tempatnya. Kalau cuaca sedang cerah, sun rise disini bagus sekali, karena matahari langsung di atas air nggak ketutupan pulau.
Kami nggak bisa berlama-lama di Sumur Tiga, jadwal kapal pukul 13.30 kami harus segera meluncur ke Balohan. Tiket sudah kami pesan lewat sopir, veri kelas bisnis dengan tarif Rp 26 ribu untuk dewasa dan Rp 19 ribu anak-anak. Lama perjalanan satu setengah jam. Ruangan kelas binis lumayan nyaman, ac-nya dingin, namun kursinya nggak bisa buat tidur nyandar, pendek sekali sandarannya Cuma setengah punggung. Nyampai pelabuhan, kembali kami naik bettor menuju hotel, tarifnya Rp.25 ribu, sistemnya pakai antrian dan dijaga polisi sehingga tertib. Sehabis mandi kami langsung city tour dengan target pertama Masjid Raya Baiturrahman. Tadinya target berikutnya adalah museum tsunami, ternyata sudah tutup, hari sudah sore, akhirnya lanjut ke PLTD Apung. Tidak mudah ternyata menuju lokasi karena tidak ada papan petunjuk. Kami beberapa kali tanya ke warga yang ada di jalan. Begitu mendekati lokasi, baru ada papan petunjuk, yang membuat semakin yakin. Disini kami tidak lama, karena azan maghrib sudah berkumandang, segera kami menuju masjid di sekitar PLTD Apung.
Langganan:
Postingan (Atom)