Dalam satu
tahun, di negeri ini terdapat satu hari yang para penduduknya diingatkan akan
suatu nilai kebaikan. Diharapkan para penduduk negeri dapat terinspirasi agar
mau dan bisa meningkatkan perbuatan baiknya bagi sesama. Yang menjadi
tonggak peringatannya memang semangat mengorbankan barang yang paling berharga
yang dimiliki yaitu nyawa. Direlakan nyawa yang hanya satu satunya itu demi
bangsa dan negaranya.
Tapi saya
yakin untuk saat ini tidak harus nyawa yang dituntut oleh para penyelenggara
negara, esensinya adalah semangat untuk berbuat kebaikan. Ajakan untuk berbuat
baik telah diselenggarakan oleh berbagai elemen, di berbagai media, di setiap
waktu dan dengan berbagai cara.
Ada satu
model berbuat kebaikan yang sederhana sebenarnya, tapi itu cukup menginspirasi
saya. Pada suatu kunjungan ke daerah, kami dijemput oleh seorang kawan.
Saat di perjalanan, saya tersenggol dengan ucapannya. Kita sedekah dulu pak,
ternyata bentuk sedekahnya adalah mempersilahkan mobil lain untuk menyeberang.
Wow,
ternyata kita punya banyak kesempatan untuk bersedekah. Sebaik-baik manusia
adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Saya yakin kita sering mendapatkan hal
seperti ini dari orang lain, dan kita merasakan senang. Tentu perasaan serupa
akan dirasakan oleh orang lain ketika mendapatkan kebaikan.
Bukankah
saat ini kemacetan merupakan derita yang tak terperikan bagi masyarakat
perkotaan. Orang yang ketika berangkat dari rumah semanis hello kitty,
pulang-pulang bisa bagai security. Makanya para istri, jangan langsung mengajak
para suami untuk berdiskusi atau malah menceramahinya. Beri kesempatan dulu
membersihkan debu jalanan yang mengandung radiasi panas.
Tidak
memperparah kemacetan, syukur menguranginya, tentu sangat membahagiakan para
pemakai jalan. Seorang Pak Lik Jokowi atau Akang Emil tentu nggak bakalan bisa
menghilangkan kemacetan seorang diri, disumpah serapahi sampek tuwek, sampai
elek, sampai matek, nggak bakalan bisa jadi pahlawan seorang diri. Untuk kasus
kemacetan jangan berharap keajaiban tongkat Musa datang kembali. Pahlawan
kemacetan adalah bagi mereka yang berkenan tidak menggunakan mobil Pribadi,
cukup sepeda motor saja atau kendaraan umum. Juga kepada para pemakai jalan
yang dengan sadar, menemukan metode tidak menambah kemacetan.
Ada
berbagai macam bentuk kebaikan yang dapat diperankan oleh seseorang bagi sesama
dengan bentuk yang sederhana, namun berdampak signifikan. Misalnya saja
apresiasi. Tahukan anda bahwasanya apresiasi berkontribusi hingga 50% atas
keahlian seseorang. Sisanya 25 % berasal dari bakat dan 25 % nya lagi berasal
dari ketekunannya belajar. Jadi, ketika sedang nganggur tidak ada salahnya
untuk buka facebook, tidak untuk menulis status, tapi cukup dengan memberikan
apresiasi kepada teman atas status atau komentarnya yang kita nilai
positif. Minimal nge-like lah.
Kita semua
adalah pahlawan, kalaupun Negara tak mencatat atau mengukuhkan kita sebagai
pahlawan, toh itupun nggak dibutuhkan di akhirat kelak. Cukuplah Malaikat yang
mengumpulkan evidence kebaikan kita.
Selamat
menjadi pahlawan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar