Kamis, 01 April 2010

Bencana dan Keberuntungan

Seringkali kau berkata,
ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titpan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,

tetapi,
mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?

Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?

Ketika semua itu diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja,
untuk melukiskan bahwa itu derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan

Seolah........
semua "derita" adalah hukuman bagiku.

Seolah.....
keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika.

aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih...

Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku"
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku.

Gusti......,
padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah.....

Ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan tidak ada bedanya.

(WS Rendra)

Tersenyumlah Dengan Hatimu

Saya adalah ibu dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya. Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling." Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.


Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.


Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.


Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu.


Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka, dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai di depan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan di restoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan. Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.


Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."


Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."
Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.


Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku! " Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.


Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami.

Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."


Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!


Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya..

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya . "Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu.".


Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT.".


Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!



Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.

Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri..

Sumber : posting rekan di milis

Gaung Kemudahan

Suatu ketika, Rasulullah saw kedatangan seorang tamu ibnu sabil yang kehabisan bekal. Karena di rumahnya tidak ada sesuatu yang layak untuk diberikan, maka nabi meminta tolong sahabat Bilal agar mengantar tamu itu ke rumah Fatimah.

Di rumah putri kesayangan nabi itu, rupanya juga tidak ada sesuatu yang layak dimakan. Maka dengan hati tulus dan ikhlas, Fatimah memberinya kalung hadiah pernikahannya dengan Ali. ''Ambillah kalung ini dan juallah! Mudah-mudahan harganya cukup memenuhi keperluanmu!'' kata Fatimah.

''Berapa hendak kamu jual kalung itu?'' tanya Ammar bin Yasir.
''Aku akan menjualnya dengan tukaran roti dan daging sekadar untuk mengenyangkan perutku, sebuah baju penutup tubuhku, dan uang satu dinar untuk menemui istriku,'' kata si tamu.

Ammar berkata, ''Baiklah, aku membeli kalung itu dengan harga 20 dinar, ditambah 200 dirham, ditambah sebuah baju, serta seekor unta agar kamu dapat menemui istrimu.''

Setelah itu Ammar berkata kepada budaknya, Asham. ''Wahai Asham, pergilah sekarang menghadap Rasulullah. Katakan bahwa aku menghadiahkan kalung ini dan juga kamu kepadanya. Jadi, mulai hari ini kamu bukan budakku lagi, tetapi budak Rasulullah.''

Ternyata Rasulullah pun berbuat sebagaimana Ammar. Ia menghadiahkan kalung itu dan juga Asham kepada Fatimah.

Fatimah sangat bahagia menerima hadiah dari ayahandanya, sekalipun dia tahu bahwa kalung ini semula memang miliknya. Dia sadar, ternyata kebaikannya yang hanya sekadar memberi kalung mendapat balasan berlebih dari Allah swt, yaitu dengan ditambah seorang budak.

Lalu Fatimah berkata kepada Asham, ''Wahai Asham, kamu sekarang bebas dari perbudakan dan menjadi manusia merdeka, aku melakukan semua ini karena Allah swt semata.''

''Mengapa kamu tertawa seperti itu,'' tanya Fatimah yang merasa heran melihat Asham tertawa terbahak-bahak.

''Aku tertawa karena kagum dan takjub akan berkah kalung yang beriwayat ini. Ia telah mengenyangkan orang yang lapar. Ia telah menutup tubuh orang yang telanjang. Ia telah memenuhi hajat seorang yang fakir dan akhirnya ia telah membebaskan seorang budak,'' jawab Asham.

Rasulullah bersabda, ''Siapa saja yang ingin doanya dikabulkan dan kesusahannya dihilangkan, maka bantulah orang yang sedang kesulitan.'' (HR Ibnu Abi ad-Dunya)

Sahabat, mari kita membuat gaung kemudahan sebanyak-banyaknya, agar kita banyak mendapatkan kemudahan untuk hidup semakin prestatif dan bermanfaat bagi banyak ummat. Berani hadapi tantangan?

Orang Beragama atau Orang Baik?

Seorang lelaki berniat untuk menghabiskan seluruh waktunya untuk
beribadah. Seorang nenek yang merasa iba melihat kehidupannya
membantunya dengan membuatkan sebuah pondok kecil dan memberinya makan, sehingga lelaki itu dapat beribadah dengan tenang.

Setelah berjalan selama 20 tahun, si nenek ingin melihat kemajuan
yang telah dicapai lelaki itu. Ia memutuskan untuk mengujinya dengan
seorang wanita cantik. ''Masuklah ke dalam pondok,'' katanya kepada
wanita itu, ''Peluklah ia dan katakan 'Apa yang akan kita lakukan
sekarang'?''

Maka wanita itu pun masuk ke dalam pondok dan melakukan apa yang
disarankan oleh si nenek. Lelaki itu menjadi sangat marah karena
tindakan yang tak sopan itu. Ia mengambil sapu dan mengusir wanita
itu keluar dari pondoknya.

Ketika wanita itu kembali dan melaporkan apa yang terjadi, si nenek
menjadi marah. ''Percuma saya memberi makan orang itu selama 20
tahun,'' serunya. ''Ia tidak menunjukkan bahwa ia memahami
kebutuhanmu, tidak bersedia untuk membantumu ke luar dari
kesalahanmu. Ia tidak perlu menyerah pada nafsu, namun sekurang-
kurangnya setelah sekian lama beribadah seharusnya ia memiliki rasa
kasih pada sesama.''

Apa yang menarik dari cerita diatas? Ternyata ada kesenjangan yang
cukup besar antara taat beribadah dengan memiliki budi pekerti yang
luhur. Taat beragama ternyata sama sekali tak menjamin perilaku
seseorang.

Ada banyak contoh yang dapat kita kemukakan disini. Anda pasti sudah sering mendengar cerita mengenai guru mengaji yang suka memperkosa muridnya. Seorang kawan yang rajin shalat lima waktu baru-baru ini di PHK dari kantornya karena memalsukan dokumen. Seorang kawan yang berjilbab rapih ternyata suka berselingkuh. Kawan yang lain sangat rajin ikut pengajian tapi tak henti-hentinya menyakiti orang lain.
Adapula kawan yang berkali-kali menunaikan haji dan umrah tetapi
terus melakukan korupsi di kantornya.

Lantas dimana letak kesalahannya? Saya kira persoalan utamanya adalah pada kesalahan cara berpikir. Banyak orang yang memahami agama dalam pengertian ritual dan fiqih belaka. Dalam konsep mereka, beragama berarti melakukan shalat, puasa, zakat, haji dan melagukan (bukannya membaca) Alquran. Padahal esensi beragama bukan disitu. Esensi beragama justru pada budi pekerti yang mulia.

Kedua, agama sering dipahami sebagai serangkaian peraturan dan
larangan. Dengan demikian makna agama telah tereduksi sedemikian rupa menjadi kewajiban dan bukan kebutuhan. Agama diajarkan dengan pendekatan hukum (outside-in), bukannya dengan pendekatan kebutuhan dan komitmen (inside-out). Ini menjauhkan agama dari makna sebenarnya yaitu sebagai sebuah sebuah cara hidup (way of life), apalagi cara berpikir (way of thinking).

Agama seharusnya dipahami sebagai sebuah kebutuhan tertinggi manusia. Kita tidak beribadah karena surga dan neraka tetapi karena kita lapar secara rohani. Kita beribadah karena kita menginginkan kesejukan dan kenikmatan batin yang tiada taranya. Kita beribadah karena rindu untuk menyelami jiwa sejati kita dan merasakan kehadiran Tuhan dalam keseharian kita. Kita berbuat baik bukan karena takut tapi karena kita tak ingin melukai diri kita sendiri dengan perbuatan yang jahat.

Ada sebuah pengalaman menarik ketika saya bersekolah di London dulu. Kali ini berkaitan dengan polisi. Berbeda dengan di Indonesia,
bertemu dengan polisi disana akan membuat perasaan kita aman dan
tenteram. Bahkan masyarakat Inggris memanggil polisi dengan panggilan kesayangan: Bobby.

Suatu ketika dompet saya yang berisi surat-surat penting dan sejumlah uang hilang. Kemungkinan tertinggal di dalam taksi. Ini tentu membuat saya agak panik, apalagi hal itu terjadi pada hari-hari pertama saya tinggal di London. Tapi setelah memblokir kartu kredit dan sebagainya, sayapun perlahan-lahan melupakan kejadian tersebut. Yang menarik, beberapa hari kemudian, keluarga saya di Jakarta menerima surat dari kepolisian London yang menyatakan bahwa saya dapat mengambil dompet tersebut di kantor kepolisian setempat.

Ketika datang kesana, saya dilayani dengan ramah. Polisi memberikan
dompet yang ternyata isinya masih lengkap. Ia juga memberikan
kuitansi resmi berisi biaya yang harus saya bayar sekitar 2,5 pound.
Saking gembiranya, saya memberikan selembar uang 5 pound sambil
mengatakan, ''Ambil saja kembalinya.'' Anehnya, si polisi hanya
tersenyum dan memberikan uang kembalinya kepada saya seraya
mengatakan bahwa itu bukan haknya. Sebelum saya pergi, ia bahkan
meminta saya untuk mengecek dompet itu baik-baik seraya mengatakan bahwa kalau ada barang yang hilang ia bersedia membantu saya untuk menemukannya.

Hakekat keberagamaan sebetulnya adalah berbudi luhur. Karena itu
orang yang ''beragama'' seharusnya juga menjadi orang yang baik. Itu
semua ditunjukkan dengan integritas dan kejujuran yang tinggi serta
kemauan untuk menolong dan melayani sesama manusia.

Sumber: Orang Beragama atau Orang Baik? oleh Arvan Pradiansyah,
direktur pengelola Institute for Leadership Life Management (ILM)
penulis buku Life is Beautiful

Selasa, 30 Maret 2010

Jadilah Ahli Manfaat

Orang yang ketika beribadah hanya memberikan manfaat kepada dirinya saja, biasanya dikenal sebagai 'ahli ibadah'. Sedangkan orang yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain saya istilahkan sebagai 'ahli manfaat.'

Dalam mendekatkan diri kepada Sang Khalik, 'ahli ibadah' lebih mengedepankan ego pribadi. Sedangkan 'ahli manfaat', sambil mendekat kepada Sang Khalik ia juga sekaligus berharap orang lain pun ikut mendekat kepada Sang Khalik. Dengan kata lain 'ahli manfaat' tidak ingin masuk surga sendirian.

Dalam hal amal, saat 'ahli ibadah' meninggal dunia amalnya terputus. Sedangkan 'ahli manfaat' amalnya terus melaju dan mengalir. Semakin banyak manfaat yang diberikannya kepada orang lain, mereka akan semakin dicintai Allah. Para ahli manfaat akan terus berupaya menggapai cinta Allah dengan cara berlomba menebar manfaat kepada sesama. Semakin ia ingin dekat pada Allah, semakin banyak pemetik manfaat dari aktivitas yang dilakukannya.

Dalam konteks amal ini, para 'ahli manfaat' memperoleh passive income dalam bentuk pahala yang terus mengalir. Passive income itu bahkan akan terus masuk ke kantung amalnya, sampai tulang belulangnya menyatu dengan tanah. Kalau para 'ahli manfaat' adalah investor pahala jangka panjang, maka para 'ahli ibadah' bisa disebut sebagai investor pahala jangka pendek.

Sungguh tidak ada yang salah melakukan ibadah ritual dalam rangka mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Namun, sungguh merugi bila kita mendekat kepada-Nya hanya dengan ibadah ritual semata. Orang-orang cerdas dan ingin memiliki bekal cukup saat berjumpa dengan Sang Khalik pastilah memilih aktivitas berdimensi jangka panjang. Selain menjadi 'ahli ibadah', ia juga menjadi 'ahli manfaat'.

Rasulullah SAW telah memberi teladan sekaligus mendorong kaum Muslimin agar bisa menjadi manusia yang bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Dari anjuran memberi buka kepada orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, mengajarkan dan menebarkan ilmu, meringankan beban orang yang sedang menderita, hingga membayar zakat dan melakukan kegiatan berdimensi sosial ekonomi lainnya.

Untuk mendorong umatnya melakukan kegiatan yang berdimensi manfaat ini, Nabi Muhammad SAW menegaskan dalam sebuah hadisnya, ''Manusia yang paling dicintai Allah ialah yang paling bermanfaat bagi orang lain.'' Intinya, semakin banyak orang memperoleh manfaat dari suatu perbuatan, maka semakin tinggi nilai amal salehnya.

Nah, bila Anda ingin dicintai penduduk langit dan disegani penduduk bumi, bergegaslah segera menjadi 'ahli ibadah' sekaligus 'ahli manfaat'.

oleh : Jamil Azzaini, Republika

CATATAN PERJALANAN LINTAS TIMUR SUMATRA 2009

Perjalanan ini adalah mudik lebaran pertama sejak pindah ke Medan di akhir 2007. Kami sudah agendakan selama tinggal di Medan harus pernah mudik lewat darat. Kayaknya kurang afdhol kalau nggak punya bahan cerita tentang kondisi jalur Sumatra. Jauh sebelum keberangkatan, saya kumpulkan informasi jalur mudik lewat internet. Jalur lintas Sumatra saya dapatkan dari Ir.Mulyadi pegawai Pusri Palembang, semoga Allah mengkaruniakan pahala ilmu yang bermanfaat. Setelah berbagi obrolan, akhirnya dapat 3 peserta. Sebenarnya ada 5 Cuma yang dua berangkat esokan harinya. Rombongan kami terdiri dari Kijang LGX, APV Arena dan Nissan X-trail.

12 September 2009
Kami berangkat dari rumah pukul 04.30 dan kumpul di Masjid PTPN Tanjung Morawa untuk sholat subuh. Makan sahur hanya sekedarnya saja karena dalam perjalanan nanti kami akan batalkan puasa. Jalanan masih sepi hingga Tebing Tinggi, mendung juga menyertai perjalanan kami hingga Kisaran. Jalanan relatif mulus karena hot mix baru, hanya beberapa titik yang masih jelek. Perjalanan tersendat di Rantau Prapat – Aek Nabara karena ada evakuasi truk yang masuk parit. Pukul 14 kami sudah sampai Bagan Batu, awal provinsi Riau. Kami berhenti di masjid untuk sholat dhuhur dan asar jamak qasar. Setelah itu kami menikmati sejenak perbekalan dari rumah. Perjalanan dilanjutkan kembali, lagi-lagi kami tersendat di daerah Bangko karena jalan masih jelek, sebagian masih dalam proses perbaikan. Sampai daerah Duri jalanan sudah mulus, para karyawan perminyakan lagi bubaran kerja, jalanan ramai. Yang khas di daerah ini adalah banyaknya mobil Mitsubishi Strada, Ford Ranger dan yang sejenis untuk mobil operasional perminyakan dan kebun sawit. Menuju Minas kami banyak menyalip truk pengangkut kayu. Bagai Kancil balapan dengan Keong, walaupun sudah menyalip tetap saja ketemu dengan truk pengangkut kayu di depan. Kami sampai di Pekanbaru pukul 21 dan menginap di Hotel Anom jl Gatot Subroto 1-3. Kami dapat kamar deluxe dengan tarif Rp.165 ribu, kalau yang standard Rp.150 ribu.

13 September 2009
Sambil menunggu teman yang berangkat dari Perawang, saya jalan-jalan di sekitar hotel. Kesan saya tentang kota Pekanbaru jauh lebih bersih dari pada Medan, jalanan dan trotoarnya lebar. Pukul 06.30 perjalanan kami lanjutkan dengan target kota Palembang. Tidak lama dari Kota Pekanbaru kami sudah masuk kebun sawit, sebelum masuk kota Pangkalan Kerinci kami belok kanan, tepatnya di pom bensin depan gerbang kabupaten Pelalawan. Ini adalah kawasan baru tempat kantor DPRD dan Bupati Pelalawan. Jalanan menuju Jambi relatif mulus, yang perlu diperhatikan adalah BBM. Ada 2 pom yang kami lewati premiumnya habis, jadi usahakan isi bensin di daerah Pematang Reba. Jalur Seberida – Jambi adalah jalur yang mengasyikkan. Jalurnya mulus berkelok bergelombang dan sepi. Di koloni kami ada sekitar 10 mobil berkonvoi. Koloni ini diuji ketika ketemu dengan koloni truk. Masing-masing harus bisa menyusup dan menyalip semua truk. Agak lama koloni mobil kami terpisah, tapi akhirnya ngumpul lagi. Demikian terjadi hingga berkali kali karena jarak sampai ketemu kota hampir seratusan km. Kami sampai Jambi 15.30, sambil menunggu teman kami yang ganti oli, saya sempatkan makan nasi bungkus sekedarnya saja biar nggak kekenyangan, bahaya ngantuk. Jambi - Palembang tak kalah seru dengan Riau – Jambi. Lawan kami tak hanya truk tapi juga bis. Jalan sinusoidal sangat berbahya, bukan hanya ketika menyalib, tapi juga khawatir lawan arah ada yang menyalib, sehingga kita terkejut ada mobil muncul di balik puncak sinusoidal di hadapan kita. Ternyata benar, anggota rombongan kami (X-Trail) tertinggal jauh dibelakang. Kami sampai di Palembang pukul 21, sebelum masuk ke hotel, kami sempatkan mampir ke Pempek Pak Raden depan Polda. Kami menginap di Hotel Shofa Marwah sampingnya Horison. Tarif kamar standard Rp.180 ribu, sementara superior Rp.220 ribu.

14 September 2009
Pagi-pagi kami kedatangan teman yang berkunjung ke Hotel, setelah kemas-kemas, kami berangkat pukul 06.30 dengan melintasi jembatan Ampera terlebih dahulu untuk berfoto-foto. Selepas Palembang sampai Sungai Pinang jalanan betul – betul menjemukan, jalanan sempit, ramai, banyak bis dan truk sehingga susah untuk menyalip. Selepas itu masuk ke kawasan kebun karet, jalanan sepi, kami bisa tancap gas dan berkejaran dengan koloni truk kosong. Ujian berikutnya ketika masuk jalan alternatif sebelum masuk Menggala. Bagai jalan tol yang lurus yang sepi kami pacu kendaraan hingga 100 km/jam sepanjang 100-an km. Kami bertiga terserang ngantuk, sehingga kami istirahat di Masjid Islamic Center Lampung Timur. Masjidnya besar dan luas bagai masjid MAS di Surabaya. Perjalanan dilanjutkan dengan gantian sopir para istri. Jalanan mulai ada yang rusak. Gara gara jalan rusak, kami sempat keblasuk pada persimpangan jalan. Seharusnya belok kanan, karena jalan yang ke kanan rusak, sementara yang lurus mulus, maka cenderung ke yang lurus. Beruntung ada orang yang memberi tahu sehingga kami mundur dan berbelok ke arah kanan. Tak berapa lama, jalanan mulus kembali dengan hot mix baru. Kami sampai di Bakauheni pukul 16.30. Sebelum masuk pelabuhan kami sempatkan beli jajanan di depan pom bensin. Tarif penyebrangan feri Rp.198 ribu permobil include penumpang. Antrian tidak terlalu panjang, Cuma untuk memenuhi feri dengan mobil, bis dan truk perlu sekitar setengah jam. Pukul 17.30 feri berangkat, kami lewati perjalanan dengan berfoto saat sun set. Selepas pelabuhan saya langsung menuju hotel. Dua teman saya langsung meneruskan perjalanan ke Bandung, karena perjalanan saya masih jauh, saya menginap dulu di hotel Merpati Merak. Jenis kamarnya sama, cuma dibedakan menghadap ke laut atau ke halaman depan. Yang menghadap laut Rp.300 ribu, sementara yang menghadap halaman depan Rp.250 ribu. Saya mengambil yang Rp.250 ribu, toh malam-malam apa yang mau dilihat.

15 September 2009
Fasilitas hotel Merpati lumayan baik, hanya sayu kelemahannya yaitu banyak nyamuk. Di sini kami ketemu dengan kru TV 1 dan Metro TV yang sedang meliput Mudik Lebaran di Pelabuhan Merak. Setelah sholat subuh, saya bersih-bersih kaca mobil dan mengambil gambar di tepi pantai. Perjalanan kembali kami lanjutkan dengan memasuki tol Merak – Cikampek. Sesampai di kawasan Karang Tengah, kemacetan sudah menghadang berlanjut sampai Tomang. Di sini kami tersesat, seharusnya masuk gerbang tol Tomang, kami malah keluar dari jalur tol. Beruntung saya sudah hafal daerah sini, saya kemudian memutar lewat samping Telkom Datel Jakbar untuk menuju gerbang Tol Slipi. Dari Slipi hingga Cikampek lalu lintas rame lancar. Di km 40 kami singgah di rest area, di situ ada KFC, mini market, restoran, pom bensin dan masjid yang indah dengan kolam koi yang menawan. Keluar dari Tol Cikampek disambut dengan layanan simpatik para petugas dari kepolisian dan perhubungan, betul-betul sambutan yang menyenangkan bagi para pemudik. Di daerah Indramayu kami mapir di Masjid Ponpes Darussalam untuk sholat, tadinya sekalian pijat gratis di posko Telkom, sayang alatnya belum siap, baru buka hari itu soalnya. Kondisi jalan Pantura mulus dengan hotmix baru dan 4 lajur. Kondisi lalu lintas rame lancar, sampai ke tempat tujuan, Kudus.

Perjalanan Balik
Kami mulai meninggalkan kota Kudus pada tanggal 26 September 2009 dengan tujuan Bandung. Besoknya kami jalan-jalan ke Tangkuban Perahu dan dalam kota Bandung. Tanggal 28 kami lanjutkan ke Jakarta singgah ke rumah saudara, dan malamnya jam 20.00 kami menuju merak. Teman kami terpaksa tidak bisa melanjutkan perjalanan karena ada kerusakan rem, dan menginap untuk perbaikan esok harinya. Kami melanjutkan perjalanan sendiri. Pukul 23.00 kami sampai di Merak, sambil menunggu penyebrangan kami manfaatkan untuk tidur. Acara tidur masih kami lanjutkan di POM Bakauheni hingga pukul 04.00, dan perjalanan kami lanjutkan dengan target Jambi. Pukul 19.00 kami sudah sampai di Jambi dan menginap di Hotel Perdana. Esoknya kami melanjutkan perjalanan dengan target Duri. Perjalanan relatif lancar dan sepi, pukul 19.00 kami sudah sampai Duri. Setelah makan malam, kami masuk ke Hotel Azira di jalan Raya Duri. Di Duri kami mendengar kabar telah terjadi gempa di Padang yang terasa sampai Jambi yang barusan kami tinggalkan. Esoknya kami melanjutkan etape terakhir dengan finish di Medan. Alhamdulillah kami sampai di Medan dengan selamat pada pukul 20.00.

Pesan Warren Buffet

Selama 1 jam interview CNBC dengan Warren Buffet, orang terkaya didunia saat ini, yang telah menyumbang $ 31 milyar untuk kegiatan sosial.Marilah kita ikuti beberapa aspek yang menarik dalam hidupnya

Pertama kali dia membeli saham investasi pada usia 11 tahun dan dia katakan itu sudah terlambat !
Ajarkanlah anak – anak anda berinvestasi sejak dini.

Dia membeli sebuah ladang kecil pada usia 14 tahun dari hasil mengantar koran
Sesuatu bisa dibeli dengan sedikit tabungan
Ajarkanlah anak – anak anda untuk memulai sebuah bisnis.

Dia tetap tinggal dirumahnya yang kecil berkamar tiga yang ia tempati sejak menikah 50 tahun yll. Dia katakan : saya memiliki segalanya dirumah ini.
Jangan membeli sesuatu yang tidak benar – benar anda butuhkan, dan ajarkanlah anak anda berpikir demikian.

Dia menyetir sendiri mobilnya kemana saja dia ingin pergi dan dia tidak membutuhkan sopir pribadi maupun bodyguard
Jadilah dirimu sendiri

Dia tidak pernah mengendarai jet pribadinya, meskipun ia memiliki perusahaan jet terbesar didunia.
Selalu berpikirlah cukup dengan apa yang kau miliki.

Perusahaannya, Berkshire Hathaway, memiliki 63 anak perusahaan. Dia hanya menulis 1 surat tiap tahun untuk para CEOnya , memberikan mereka target tahun tsb. Dia tidak pernah mengadakan rapat atau memanggil mereka .
Letakkankan orang yang tepat pada posisinya.

Dia hanya membuat 2 peraturan untuk CEOnya
1: Jangan habiskan uang pemegang saham
2: Jangan lupa peraturan no.1
Buatlah suatu target dan buat mereka fokus dengan target tsb

Dia tidak memiliki pergaulan kelas atas. Dia menghabiskan waktunya makan popcorn dan menonton TV dirumah.
Jangan mencoba untuk pamer, jadilah diri sendiri

Warren Buffet tidak membawa handphone dan tidak memiliki komputer dimejanya
Bill Gates, orang terkaya no.1 5 tahun yang lalu mengadakan janji temu dengan Warren Buffet.Dia merancang pertemuan untuk 30 menit saja, tapi dia menghabiskan 10 jam untuk belajar menjadi seperti Warren Buffet

Nasehatnya untuk anak – anak muda:
"Jauhkan dirimu dari pinjaman bank atau kartu kredit dan berivestasilah dengan apa yang kau miliki serta ingat :
- Uang tidak menciptakan manusia, manusialah yang menciptakan uang.
- Hiduplah sederhana sebagaimana dirimu sendiri.
- Jangan melakukan apapun yang dikatakan orang, dengarkan mereka, tapi lakukan apa yang baik saja.
- Jangan habiskan uang untuk hal – hal yang tidak benar – benar penting.
- Jika itu telah berhasil dalam hidupmu, berbagilah dan ajarkanlah pada orang lain
- Jangan memakai merk, pakailah yang benar – benar nyaman untukmu.

"Orang yang berbahagia bukanlah orang yang hebat dalam segala hal, tapi orang yang bisa menemukan hal sederhana dalam hidupnya.”