Tampilkan postingan dengan label Travelling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Travelling. Tampilkan semua postingan

Kamis, 07 Januari 2016

CATATAN PERJALANAN KE CHINA



Alhamdulillah dapat kesempatan penugasan dari kantor untuk mengikuti Overseas Training product Huawei ke China. Sejalan dengan petuah carilah ilmu walau sampai ke negeri China. Ini adalah perjalanan ke luar negeri yang pertama kali diluar ibadah haji ke tanah suci. Kami berangkat tanggal 14 November dan pulang tanggal 28 November 2015.
Saya awali cerita dengan perjalanan dari Jakarta menuju Hangzhou.
 
Dari Jakarta kami menggunakan Cathay Pasifik tujuan Hongkong, selanjutnya pindah pesawat Dragon Air tujuan Hangzhou. Tidak banyak yang perlu diceritakan selama di pesawat karena semuanya standard, biasa-biasa saja.  Perbedaan ada pada pemeriksaan ketika masuk bandara Hongkong yang lebih ketat dibanding di Indonesia. Jaket, ikat pinggang, topi, mesti dilepas. Air minum kemasan nggak boleh masuk.
 
Sampainya di Hangzhou ada sesuatu yang aneh, cuaca seperti di Medan atau Pekanbaru, bedanya kalau disana kabut asap, kalau di Hangzhou asli kabut. Keluar dari Bandara terasa dinginnya kayak lagi di Tangkuban. Di Bandara jemputan telah siap, langsung saja kami meluncur ke Hotel Holiday Inn yang terletak di dekat Stasiun kereta People Square.
Setelah memasukkan koper ke kamar, jadwal kami selanjutnya adalah makan malam di Restoran Muslim yang berada di kawasan Wusan Square, tidak jauh dari West Lake. Menu makanan tak menarik untuk diceritakan, yang perlu diketahui adalah para pelayan restoran tidak bisa berbahasa Inggris, sehingga sang guide sajalah yang berkomunikasi dengan mereka.
 
Selepas makan, kami melanjutkan kunjungan ke West Lake. Sebuah danau legendaris yang terkenal dengan Legenda Ular Putih. Walaupun malam, suasana cukup ramai, mungkin karena malam minggu. Suasananya sangat tertib, tidak ada pengasong atau warung kaki lima khas Indonesia. Lampu-lampu di pohon yang warna warni menjadikan pemandangan lebih indah, demikian juga kapal wisata yang dipenuhi lampu, melintasi danau menjadi objek yang menarik.
 
Keesokan harinya kami harus berangkat pagi-pagi menuju Stasiun Kereta, hari itu kami akan mengunjungi kota Shanghai. Ketegangan mengawali hari itu, karena khawatir ketingalan kereta. Jarak antara hotel dan stasiun lumayan jauh, kemacetan adalah suatu yang dikhawatirkan oleh orang-orang yang terkena jadwal ketat. Alhamdulillah kami nyampai stasiun dengan menyisakan spare waktu, masih cukup untuk foto-foto dan ke toilet. 
 
Stasiun keretanya gede banget, kayak bandara Kualanamu. Antara Hangzhou – Shanghai terdapat beberapa stasiun yang perlu disinggahi, kecepatan maximal 300 km/jam hanya beberapa saat saja bisa diaplikasikan. Persinggahan tidak begitu lama, mirip seperti di Indonesia. Display pada gerbong menampilkan informasi stasiun di depan, suhu, dan kecepatan kereta real time. Cuaca dingin masih kami rasakan, suhu sekitar 7 derajat C. Begitu nyampai Shanghai, maka toilet adalah target pertama.
 
Mobil jemputan sudah siap, langsung saja kami menuju Pearl Oriental Tower, sang icon kota Shanghai. Mirip seperti monas pada hari minggu, pengunjung ramai sekali, kamipun antri untuk masuk lift. Target kami adalah makan siang di bola besar yang kedua, ketinggian sekitar 260m. Paket makan disana adalah prasmanan, macam resepsi pengantin. Makanan bisa pilih apa saja, namun untuk minuman hanya ada satu menu, Coca Cola. Selepas makan kami turun satu lantai dibawahnya, di situ terdapat lantai kaca yang ngeri juga melihat ke bawah. Sebelum turun ke dasar, tak lupa beli dulu eviden Shanghai, gantungan kunci dan miniatur tower.
 
Selanjutnya kami diantar ke Bund, sebuah lokasi tempat berkumpulnya para turis untuk menikmati pemandangan kota Shanghai dari tepi sungai. Ramai sekali para pengunjung, baik turis domestik China maupun luar China seperti kami. Namun ketertiban yang kami salut, sedemikian banyak pengunjung semuanya berjalan dengan lancar dan tertib. Tidak banyak pedagang kaki lima, ada beberapa stan penjual makanan namun resmi, sehingga tidak mengganggu pemandangan.
 
Dari Shanghai, kami kembali ke Hangzhou dengan mobil, ternyata kemacetan juga ada disini. Mirip hari Minggu sore dari Bandung menuju Jakarta, di Pasteur macet parah. Catatan tol disana adalah, kartu tol elektronik berbasis chip telah diaplikasikan. Begitu mobil mendekati gardu tol otomatis, portal langsung membuka, nggak perlu menempelkan kartu e-tol ke mesin.
 
Tempat Shopping
Sehabis jam pelajaran , kami diantar ke tempat belanja oleh pihak Huawei dengan menggunakan bis. Satu bis untuk beberapa kelas dari beberapa negara, yang bareng dengan kami adalah dari Ethiopia, Kuba, Sudan, Mesir, Pakistan. Tempat shopping pertama adalah Longxiang. Ini adalah tempat belanja pakaian, karena saat itu adalah musim dingin, produk yang dijual adalah jaket dan sweater. Tadinya mau nyari T-shirt yang ada identitas China, namun nggak ketemu. Harganya lumayan murah, ada yang pakai harga pas, ada juga yang tawar menawar. Suasana mirip pasar Baru namun lebih kecil. Sepanjang jalan juga terdapat toko-toko yang lebih besar macam Cihampelas.
 
Tempat Shopping kedua adalah Wusan Square, disini menjual aneka teh, asesoris dan cindera mata. Kebanyakan pakai tawar menawar, hanya beberapa toko yang sistemnya harga pas, namun secara umum harganya lumayan murah. Kebanyakan penjualnya bisa bahasa Inggris, beberapa stan kecil nggak bisa bahasa Inggris. Suasana mirip Malioboro, namun nggak ada jalan besarnya. Yang gila batu, di sini juga ada aneka macam batu akik dan giok.
 
Tempat Shopping ketiga adalah Yiwu, ini adalah Tanah Abangnya China. Yang hobi belanja, ini adalah surganya. Namun karena saat itu adalah musim dingin, produk yang dijualpun pakaian musim dingin. Harganya lumayan murah, kualitasnya bagus. Kami beli sweater seharga 60 Yuan, sekitar Rp. 125 ribu. Setelah itu kami lanjut ke pusat asesoris, namun nggak ada yang bisa kami beli, karena itu adalah tempat grosir, nggak melayani eceran.  Harganya murah banget, namun sayang nggak bisa eceran.
 
Tempat Ibadah
Di lokasi training, disediakan mushola yang cukup representatif, tempat wudlu juga bagus. Di kantin juga tersedia stan makanan halal, tempat yang bisa makan nasi sepuasnya tanpa keraguan. Selama di China, saya sarapan dengan ubi, jagung, telur, buah-buahan dan roti. Malamnya pop mie halal, energen bawaan dari Indonesia, telur rebus dan apel mbungkus saat sarapan.
 
Masjid tempat kami Jumatan ada di kawasan shopping, namanya Phoenix Mosque.  Tata caranya beda dengan di Indonesia. Azan dikumandangkan pukul 13.00 setelah ada ceramah dengan bahasa mandarin. Pukul 13.30 ceramah selesai, jamaah pada berdiri aku pikir mau sholat jumat, ternyata sholat sendiri-sendiri. Aku duduk lagi, ini hanya sholat sunnah. Setelah itu azan dikumandangkan






Kamis, 12 Februari 2015

Perpanjang Paspor di Bandung



Pengalaman saya perpanjang paspor di Kanim Bandung lumayan lancar. Sebelum pelaksanaan saya mencari informasi terlebih dahulu kepada teman-teman dan brosing internet. Ada dua cara pendaftaran offline dan online, saya memilih cara online. Dan ternyata pilihan saya tepat. Antrian offline mengular panjang sekali, sementara online hanya sekitar 3 orang. Saya datang jam 7 pagi dapat nomor antrian 14. Setelah dapat nomor antrian, saya mengisi form yang disediakan oleh pihak Kanim, sambil menunggu panggilan wawancara dan foto. Kegiatan wawancara dimulai pukul 07.30, dengan nomor antrian 14 saya dapat giliran wawancara pukul 08.45. Nggak terlalu lama lah, pukul 09.00 telah kelar.
Dokumen yang perlu disiapkan adalah:

  1.  Paspor lama plus fc halaman depan dan belakang yang ada data alamat.
  2. KTP plus fc
  3. KK plus fc
  4. Akte Kelahiran plus fc
  5. Rekomendasi atasan bagi karyawan
  6. Bukti pembayaran dari BNI
  7. Materai Rp.6000 1 lembar

Adapun prosedur online adalah masuk ke link http://bandung.imigrasi.go.id ikuti saja petunjuk yang ada, setelah selesai nanti ada notifikasi di email yang kita isikan. Selanjutnya kita membayar ke BNI dengan membawa form yang telah dikirimkan lewat email.
Setelah bayar kita mendapat bukti bayar yang didalamnya tertera nomor jurnal bank. Kemudian kita masuk ke hyperlink yang dikirimkan lewat email. Disitu kita memasukkan nomor jurnal bank dan memilih hari kunjungan ke Kanim. Waktu masuk ke hyperlink tersebut sering timeout, sepertinya servernya ada keterbatasan. Saya mengulang sampai 5 kali baru berhasil.

Oke pada jadwal yang telah kita tentukan, kita datang ke Kanim, diusahakan datang pagi untuk menghindari antrian yang panjang. Pengalaman saya mulai jam 8 antrian online sudah panjang. Sementara yang offline sudah ditutup karena sudah melebihi kuota. Pendaftaran offline kuota perharinya dibatasi, sementara online tidak ada batasan.
Hal yang perlu diperhatikan, jangan menggunkan baju / jilbab warna putih, karena background foto berwarna putih.

Senin, 30 Januari 2012

Menginap di Sibolangit

Travelling bersama rombongan sangatlah mengasyikkan. Hadirnya kehangatan, keakraban dan kemeriahan yang tak didapat ketika berpergian hanya satu keluarga. Ketika kita traveling satu keluarga, tentu yang kita prioritaskan adalah kenyamanan dan privacy, dengan konsekwensi menomorduakan harga.

Bagi yang ingin menikmati kesejukan Sibolangit bersama rombongan pengajian, teman kantor dan lain-lain, bisa mencoba bungalow di komplek Al Kamal. Sebuah yayasan rehabilitasi korban kecanduan narkoba. Bagi para pengunjung kota Berastagi tentu tak asing dengan Al Kamal, karena disitu terdapat masjid yang ramai dikunjungi ketika akan memasuki atau meninggalkan kota Berastagi. Masjidnya bersih, tersedia tempat wudlu dan toilet yang cukup, serta tempat parkir yang cukup luas.

Menelusuri tepian kolam komplek masjid, akan ketemu dengan bagunan panjang yang terdiri dari beberapa kamar. Itulah bungalow yang kami gunakan untuk menginap. Terdapat beberapa bangunan bungalow yang bisa dijadikan tempat menginap, ada yang kamarnya berisi 2 bed, 3 bed dan 4 bed. Waktu itu kami terdiri dari 6 keluarga, mengambil bungalow panjang yang terdiri dari 7 kamar. Tiap kamar terdapat 4 bed dengan tarif Rp285.000 per hari.

Untuk kebutuhan main anak-anak, jangan khawatir. Disitu ada beberapa arena bermain anak-anak, atau kalau mau sekedar main bola bisa memanfaatkan area parkir dengan terlebih dahulu memindahkan mobil-mobil ke seberang.

Yang paling asyik di Sibolangit tentu di pagi hari. Selepas sholat subuh, para rombongan bisa jalan-jalan bersama ke komplek Hill Park. Tentu beda rasanya berada di Hill Park di pagi hari dengan siang hari yang sudah penuh dengan pengunjung. Mengambil gambar rumah-rumah indah yang masih pada menyala lampunya, wow.. sangat indah hasilnya. Apalagi kalau cuaca cerah dengan langit dengan semburat warna jingganya.

Masalah makanan nggak ada masalah disini. Kita bisa memilih menu sesuai selera di foodcourt Hill Park yang buka hingga malam. Sementara untuk sarapan, sudah menjadi standart penginapan nasi goreng sebagai menu andalan telah disiapkan pihak Al Kamal. Selepas olahraga, sarapan dan berkemas-kemas kita bisa melanjutkan perjalanan ke tempat wisata yang akan kita tuju di Berastagi dengan kondisi yang masih fresh dan di awal waktu.

Selasa, 02 Agustus 2011

TRIP TO TONGGING






Salah satu sisi Danau Toba yang menawan yang asyik untuk kita kunjungi adalah Tongging. Tongging merupakan sebuah desa wisata dengan beberapa penginapan dan cafe yang menyajikan ikan segar yang dipelihara di karamba di tepian Danau Toba. Keindahan Tongging diawali dari jalan masuk selepas jalan raya Merek. Dari sini jalanan menurun terus hingga tepi danau. Jangan buru-buru turun menuju Danau. Pemandangan dari atas justru mempesona, di kejauhan nampak air terjun Sipiso piso, perbukitan yang jadi dinding Danau Toba, serta jalan yang berkelok-kelok sungguh mempesona.
Parkirlah mobil ditepi jalan yang cukup aman, dan keluarlah... udara yang sejuk akan menyegarkan paru-paru kita. Sesekali carilah lokasi yang cukup extrim, tengoklah jurang dari tepi jalan, wow... ternyata cukup dalam. Tapi setelah itu jangan diingat-ingat terus, bisa ngeri kita dalam menyetir mobil. Kalau kita berangkat rombongan dengan beberapa mobil, silahkan berpencar. Yang dari atas bisa mengambil gambar mobil yang di bawah, demikian sebailknya. Jangan lupa, tampakkan view jalanan yang berkelok.
Setelah puas menikmati pemandangan, saatnya istirahat di cafe dengan memesan ikan bakar atau goreng. Ada beberapa cafe di tepian danau, waktu itu kami di cafe Ojo Lali, nampaknya orang Jawa pemiliknya. Proses penyiapan makanan hingga 1 jam. Jadi begitu nyampai langsung saja pesan, selanjutnya bisa disambi menikmati keindahan danau atau jalan-jalan. Di cafe ini tersedia kamar mandi dengan air yang dingin, khas pegunungan. Harga makanan disini juga tidak mahal, nggak usah khawatir, dan yang terpenting halal.
Berkunjung ke Tongging tentunya satu paket dengan Air Terjun Sipiso Piso, lokasinya sekitar 200 m dari pintu gerbang loket. Air Terjun Sipiso Piso bisa dinikmati dari atas maupun dari bawah. Nah kalau mau menikmati dari bawah harus mau keluar energi ekstra. Turun tangganya sih nggak masalah, naiknya itu .... Yaa kalau hanya sekedar berfoto-foto dari atas juga cukup.
Dari segala keindahan yang dimiliki Tongging, ada satu yang disayangkan yaitu jalan dari Kabanjahe menuju Simpang Merek yang kurang bagus. Memang sudah ada beberapa bagian yang dihotmix, tapi lebih enak lagi kalau semua sudah mulus.

Kamis, 19 Mei 2011

Trip To Sabang











Akhirnya jadi juga berangkat ke Sabang setelah sempat tertunda dari rencana semula. Kami berangkat pada long weekend 28 April 2011. Pukul 07.00 kami meninggalkan kota Medan, karena hari libur jalanan relatif sepi. Ini adalah perjalanan pertama kali ke Aceh, beruntung kami ditemai Super Spring GPS jadi nggak perlu tanya-tanya di sepanjang perjalanan. Destination langsung di-set Hotel Medan, masuk kotapun nggak perlu pakai tanya, langsung menuju hotel. Jalan Medan – Aceh lebih mulus dari pada Medan – Pekanbaru – Palembang. Bisa dikatakan tidak ada permasalahan di sepanjang perjalanan. Menjelang magrib, kami sudah nyampai di perbukitan Seulawah, Brastaginya Medan atau Batunya Malang bagi Aceh. Jalannya berkelok-kelok, namun tak masalah, GPS membantu jadi , kelokan seperti apa yang ada di depan telah terpampang di monitor.
Pukul 20.30 kami sudah nyampai di Hotel Medan, setelah mandi langsung menuju Rex Peunayong (pujasera depan hotel) untuk makan malam. Paginya setalah sarapan langsung menuju pelabuhan Ulhe Lhe dengan betor. Mobil kami tinggal di hotel, karena kalau bawa mobil lebih repot antrinya, mesti malam sudah harus parkir di pelabuhan, padahal berangkatnya siang. Kami menyeberang menggunakan kapal cepat Pulau Rondo pukul 09.30 dengan harga tiket Rp.60 ribu untuk kelas ekonomi. Kurang dari satu jam perjalanan, kami nyampai di Pelabuhan Balohan. Dari Balohan kami langsung menuju KM 0 dan berlanjut ke Iboih. Kami menggunakan mobil anteran yang sudah kami pesan sebelumnya lewat teman kantor. Di Iboih kami menginap di Iboih Inn. Sebuah bungalow yang berjarak 300-an meter dari pangkalan / Pusat Informasi Iboih. Untuk menuju kesana kami dijemput dengan boat milik Iboih Inn.
Siang hari kami sudah kelaparan, sambil menunggu kamar yang lagi dibersihin kami pesan makanan di resto. Acara selanjutnya adalah snorkeling. Inilah kegiatan yang paling menyenangkan selama di Sabang. Bisa dikatakan snorkling adalah kegiatan inti di Sabang. Tidak harus pandai berenang untuk snorkeling. Disana telah tersedia persewaan peralatan snorkeling, mask, pelampung, kaki katak, masing-masing sewanya Rp. 15 ribu. Sungguh pemandangan yang menawan. Sangat beda menyaksikan ikan dari atas air dengan di dalam air. Begitu kepala masuk ke air, wow… ikan yang berwarna warni di sekitar kita sungguh menakjubkan. Kalau memiliki perlengkapan kamera dalam air, sangat mengasyikkan. Awalnya kami sudah cukup kagum melihat ikan warna biru di bebatuan di tepi pantai, airnya bening sekali jadi ikan kelihatan dari atas, tetapi itu tidak ada apa-apanya, pemandangan bawah air jauh lebih indah.
Kelelahan sudah pasti melanda kami, jadi acara kami selanjutnya adalah nyantai sambil berayun-ayun di teras bungalow. Tali yang dirajut untuk ayunan sangat kuat, dua orang naik sekalianpun nggak masalah. Sayangnya sore itu sedang hujan, jadi pesona sunset nggak kami dapatkan. Semoga esoknya akan dapatkan sun rise. Tapi ternyata kami belum beruntung, paginya masih mendung, pesona sun rise tidak kami dapatkan juga. No problem, pantai di Sabang sudah sangat indah walaupun cuaca nggak cerah.
Perjalanan kami lanjutkan menuju kota Sabang, membeli souvenir, melintasi Pantai Paradiso, dan berhenti di Pantai Sumur Tiga. Tadinya kami rencanakan menginap di Santai Sumur Tiga Resort, namun sudah full booking, ya… terpaksa di sini Cuma lihat-lihat saja. Bisa saya katakana Pantai Sumur Tiga adalah pantai terindah di Sabang. Pasirnya putih bersih, landai, airnya jernih biru, serta nyiur yang melambai. Namun untuk snorkling bukan disini tempatnya. Kalau cuaca sedang cerah, sun rise disini bagus sekali, karena matahari langsung di atas air nggak ketutupan pulau.
Kami nggak bisa berlama-lama di Sumur Tiga, jadwal kapal pukul 13.30 kami harus segera meluncur ke Balohan. Tiket sudah kami pesan lewat sopir, veri kelas bisnis dengan tarif Rp 26 ribu untuk dewasa dan Rp 19 ribu anak-anak. Lama perjalanan satu setengah jam. Ruangan kelas binis lumayan nyaman, ac-nya dingin, namun kursinya nggak bisa buat tidur nyandar, pendek sekali sandarannya Cuma setengah punggung. Nyampai pelabuhan, kembali kami naik bettor menuju hotel, tarifnya Rp.25 ribu, sistemnya pakai antrian dan dijaga polisi sehingga tertib. Sehabis mandi kami langsung city tour dengan target pertama Masjid Raya Baiturrahman. Tadinya target berikutnya adalah museum tsunami, ternyata sudah tutup, hari sudah sore, akhirnya lanjut ke PLTD Apung. Tidak mudah ternyata menuju lokasi karena tidak ada papan petunjuk. Kami beberapa kali tanya ke warga yang ada di jalan. Begitu mendekati lokasi, baru ada papan petunjuk, yang membuat semakin yakin. Disini kami tidak lama, karena azan maghrib sudah berkumandang, segera kami menuju masjid di sekitar PLTD Apung.

Sabtu, 26 Februari 2011

BUKIT KUBU






Salah satu tempat wisata yang unik di Medan adalah Bukit Kubu. Tempat ini formatnya seperti lapangan golf, tetapi difungsikan untuk main laying-layang, sepak bola dan aneka permainan lainnya. Karena tempatnya yang sejuk, walaupun beraktifitas di siang haripun tak terasa panas mataharinya. Curah hujan di sini cukup tinggi, jadi siap-siap saja ketika asyik bermain akan diganggu dengan datangnya hujan.
Tarif masuk ke Bukit Kubu cukup murah, satu mobil dengan isi dua orang dewasa dan dua anak-anak Cuma Rp. 45000, dengan mendapat 1 buah tikar dan 1 buah layang-layang. Fasilitas yang tersedia diantaranya parkir yang luas, musholla, kamar mandi dan penginapan.
Tempat ini lebih cocok untuk acara kebersamaan, misalnya family gathering, kelompok pengajian dll. Bapak-bapak dan anak-anak bisa main bola atau laying-layang, sementar ibu-ibu ngobrol di tikar sambil menyiapkan makanan. Sebaiknya memang membawa bekal makanan dari rumah, lebih gayeng dan meriah.
Di Brastagi cukup banyak tempat wisata, jadi setelah puas di Bukit Kubu bisa dilanjutkan ke Micky Holiday atau Hill Park (Dufannya Medan) , atau tempat wisata lainnya.

Minggu, 04 Juli 2010

Pantai Perjuangan Jono Batubara







Mengisi liburan anak-anak, kami berlima keluarga jalan-jalan ke Pantai Perjuangan Jono di daerah Kuala Tanjung Kabupaten Batubara. Diantara kami belum ada yang pernah kesana, jadi masih bertanya-tanya untuk menuju kesana. Awalnya bermodalkan informasi dari Google Earth dan internet.

Dari Medan berangkat pukul 08.30 dengan check point di Tebing Tinggi. Pertigaan Tebing Tinggi kalau yang ke kanan menuju Siantar, kami ambil yang kiri, jalur Jalintim Sumatra. Di sebuah pom bensin kami berkumpul untuk ke toilet dan isi bensin. Dari petugas pompa bensin diperoleh informasi jalan menuju lokasi. Setelah jalan lagi, ketemu dengan simpang tiga yang sudah ada papan petunjuk menuju Inalum (pabrik aluminium ) dan Pantai Perjuangan Jono. Jalannya cukup besar dan mulus, begitu ketemu pertigaan yang ke kiri ke Tanjung Gading, jalan terus saja. Sebenarnya begitu mendekati lokasi ada papan petunjuk kea rah pantai, namun tertutup oleh warung penjual aqua, sehingga kami keblanjur dan berkali-kali Tanya. Jalan masuknya tepat di bawah tower selular, berupa jalan tanah. Ada pertigaan belok kanan, dan setelah itu ada papan petunjuk menuju pantai. Walaupun kami pergi di hari Sabtu di saat liburan sekolah, tempat wisata ini sepi pengunjung. Tiket masuk Rp.5000 untuk dewasa dan parkir mobil Rp.5000, cukup murah.

Masuk lokasi pantai serasa di padang pasir. Hamparan pasir putih yang luas dengan sedikit pephonan. Bibir pantai tidak kelihatan karena letaknya dibawah hamparan pasir. Anak-anak sudah tidak tahan lagi, segera nyebur ke laut. Di sana terdapat cukup banyak pondok dan penyewaan tikar serta kamar mandi. Sayangnya waktu kami kesana listrik mati sehingga air tidak tersedia, nggak jadi nyebur deh. Untungnya setelah cari-cari, masih tersedia kamar mandi yang ada airnya, Alhamdulillah anak-anak bias mandi. Di pantai tersedia lapangan sepakbola dan volli, sayangnya tidak ada yang jual layang-layang. Kalau dibandingkan dengan Parang Tritis di Jogja, Pantai Perjuangan Jono lebih asyik padang pasirnya, lebih luas dan putih, Cuma airnya tidak biru. Ombaknya tidak besar sehingga anak-anak bisa bermain dengan aman.

Pondok Terapung Pagurawan

Setelah dari Pantai Perjuangan Jono, perjalanan kami lanjutkan ke Pondok Terapung Pagurawan, sebuah rumah makan di atas muara sungai yang bermenukan aneka ikan. Untuk menuju lokasi, kami kembali menemui kesulitan karena tidak adanya papan petunjuk. Berkali-kali kami bertanya, dan sempat ragu juga dalam perjalanan karena jalannya yang kecil. Begitu duduk di pondok, sempat bingung juga lho kita mau makan apa nih, kok nggak ada petugas yang nawarin menu. Ternyata harus mendatangi sendiri ke petugas, baru setelah itu dipersilahkan ke belakang memilih ikan apa yang akan dipesan. Di situ ada Kerapu, Kakap, Bawal, Ekor Kuning, Kepiting dll. Cukup lama kami menunggu sekitar satu jam, jadi kelaparan nih. Sebenarnya masakannya ya biasa saja, harganyapun standar, Cuma penasaran saja karena Pak Bondan sudah pernah kesana, para pejabat juga, mulai bupati, gubernur, pangdam dan yang lainnya yang fotonya terpampang di dinding. Yang jelas beda dengan yang lainnya adalah tempatnya. Sambil menunggu masakan kita bias melihat hilir mudik perahu, lalu lintas di jembatan, burung bangau dll. Selesai makan kami pulang dengan rute yang berbeda pada saat berangkat. Kami lanjut ke jalan menuju Bandar Khalifah, baru setelah itu ketemu jalan raya Tebing Tinggi – Jalintim.