Dulu, sebelum kemunculan facebook, dunia maya diramaikan
oleh blog sebagai ajang bersosialisasi, berekspresi, aktualisasi diri dan lain
lain. Setelah munculnya facebook dunia blog mulai tersisih. Facebook menawarkan
kemudahan dan kepraktisan untuk bereksistensi di dunia maya. Nggak perlu punya
ketrampilan menulis untuk bisa exis. Nggak perlu juga punya pengalaman
menjelajah wilayah yang tidak biasa dikunjungi kebanyakan orang. Juga tidak
dibutuhkan suatu keahlian khusus yang apabila diceritakan akan membuat banyak
orang terpesona. Hidung gatel, mata ngantuk, kuku cantengen sudah cukup jadi
bahan postingan di wall.
Dunia maya menjadi semakin ramai, operator telco makin
berlomba menggelar jaringan broadband. Sudah nggak jamannya lagi orang melamun,
diam sejenak saja langsung diisi dengan aktifitas online. Saat ini materi
postingan tidak lagi melulu bercerita tentang kopi yang pahit, sambel yang
pedes atau asem yang kecut. Seiring perkembangan tanah air yang lagi kemaruk
politik, wall facebook dipenuhi dengan postingan tautan dari media yang berisi prestasi tokoh politik
pujaannya atau kejelekan tokoh lawan politiknya. Komentar nyinyir dan
sanjunganpun menyertainya.
Nah yang terakhir inilah yang membuat sebagian kalangan,
paling tidak saya, merasa tidak nyaman berada dalam lingkungan facebook. Aroma
kebencian yang ditebarkan teman-teman bagaikan bertetangga dengan pemelihara
anjing. Setiap lewat digonggongin. Menyapanya saja sudah nggak nyaman. Hai kau
anjing. Tuh kan, menyapa dengan benerpun terasa nggak enak.
Lha terus mau gimana lagi, kalau sukanya atau bisanya
menggonggong, masak disuruh berkicau? Apa malah disuruh diam saja? We lhadalah,
ya malah salah kaprah. Kukut bisnis internet. Kicauan burung yang merdu harus
diperbanyak untuk menetralisir gonggongan anjing. Apapun kondisinya, kegiatan
menulis harus tetap berlangsung. Ada dua buah kalimat yang cukup nendang dalam
memotivasi menulis. Perbedaan manusia pra sejarah dan modern adalah tulisan,
jadi kalau nggak mau disebut manusia pra sejarah, ya harus menulis. Kemudian
yang kedua, sepintar-pintar orang, kalau dia tidak mau menulis, maka dia akan
ditelan jaman, lenyap tak berbekas.
Para blogger yang sudah terlena oleh facebook, kini
mendapatkan momentum untuk kembali menulis yang tidak sekedar cuap-cuap.
Menulis dalam blog membawa misi menebarkan inspirasi, kebahagiaan,
persaudaraan, mengasah daya analitik berfikir dan tak ketinggalan banyolan yang
menyegarkan. Topik ringan yang bernada nggedabrus bukanlah tanpa makna. Keakraban,
kehangatan justru tercipta dengan topik-topik nggedabrus. Bakul jamu tak pernah
kesepian pengunjung, setiap kali dia ‘ngoceh’ selalu dipenuhi orang yang khusyuk
mendengarkan, beda dengan khotib atau penceramah yang ditinggal tidur jamaah.
Jadi pede aja yang bisanya cuma menulis tema-tema
nggedabrus, menulis harus tetap jalan terus. Nggedabrus tapi serius..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar